Category Archives: Perenungan

Sebuah Refleksi di HUT 69 “Negara KESATUAN” Republik Indonesia

Bersyukur lahir di Negara Kesatuan Republik Indonesia
Yang dengan falsafah Bhineka Tunggal Ika
Mampu mempersatukan ribuan suku bangsa
Ribuan pulau, begitu banyak agama,
Menjadi satu bangsa yang merdeka.

Tatkala di negara lain terjadi banyak peperangan antar suku/agama
Kami sudah terbiasa hidup, belajar, bermain,
bahkan tinggal bersama dengan mereka yang berbeda. 

Tatkala di banyak negara yang mayoritas selalu ingin menjadi yang terutama,
Di Negara ini kami belajar makna dari kebesaran hati dan demokrasi.

Tatkala di banyak negara kehidupan sepertinya penuh dengan kesibukan kerja
Untuk mengejar segala sesuatu sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya
namun secara individualis

Di negara ini kami belajar untuk selalu punya waktu
untuk kebersamaan dan silaturahmi
Bahwa kebahagiaan tidak di dapat dari apa yang dimiliki,
tapi kebahagiaan ada ketika dinikmati bersama.

tak heran jika begitu banyak budaya Indonesia yang hanya bisa dinikmati bersama

Apalah artinya “Rujakan” tanpa kebersamaan?
Apakah “Arisan” hanya berbicara soal uang? Tentu tidak.
Adapula istilah “Cangkrukan” atau “Nongkrong” atau sejenisnya, yang “asyiknya rame-rame”
Belum lagi istilah “Gotong Royong” yang sudah mendarah daging.
Bahkan sampai ada lirik lagu berkata “Makan ga makan asal kumpul”
Bukankah itu semua berbicara mengenai budaya kesatuan dan kebersamaan?

Sangat pantas jika negara ini dinamakan “Negara Kesatuan” Republik Indonesia
Karena kesatuan dan kebersamaan memang budaya kami.
Semoga identitas kesatuan dan kebersamaan itu tidak hilang dan rusak
Oleh ambisi segelintir orang yang sebenarnya tidak menjiwai budaya negeri ini.

 Selamat Ulang Tahun ke-69 Negaraku tercinta.
Aku bangga sebagai orang Indonesia..


Where are??

Where are the young men and women of this generation who will hold their lives cheap, and be faithful even unto death, who will lose their lives for Christ’s, flinging them away for love of him?

Where are those who will live dangerously, and be reckless in his service?

Where are the men of prayer?

Where are the men who count God’s Word of more importance to them than their daily food?

Where are the men who, like Moses of old, commune with God face to face as a man speaks with his friend?

Where are God’s men in this day of God’s power?

 

~ Howard Guinness – Sacrifice


Jika Jiwaku Berdoa

a simple song, with wonderful meaning

Jika jiwaku berdoa kepadaMu, Tuhanku,
ajar aku t’rima saja pemberian tanganMu
dan mengaku, s’perti Yesus di depan sengsaraNya:
Jangan kehendakku, Bapa, kehendakMu jadilah.

Apa juga yang Kautimbang baik untuk hidupku,
biar aku pun setuju dengan maksud hikmatMu,
menghayati dan percaya, walau hatiku lemah:
Jangan kehendakku, Bapa, kehendakMu jadilah.

Aku cari penghiburan hanya dalam kasihMu.
Dalam susah Dikau saja perlindungan hidupku.
‘Ku mengaku, s’perti Yesus di depan sengsaraNya:
Jangan kehendakku Bapa, kehendakMu jadilah.

Kidung Jemaat 460


Perenungan di Atas Mobil Jenazah

Pengalaman langka di awal tahun. 5 informasi kematian, dan hadir serta terlibat aktif dalam 3 diantaranya.  Ada yang meninggal karena sakit yang sudah lama, bahkan bertahun-tahun, ada yang tiba-tiba dan tak disangka.

Dan hari ini pengalaman paling berkesan. Untuk pertama kalinya menuju ke pemakaman di atas mobil jenazah seorang keluarga dekat yang meninggal. Suara sirine meraung sepanjang perjalanan. Kendaraan dari arah sebaliknya tanpa diperintah minggir dan memberikan jalan. Trafic Light dengan lampu menyala merah diterabas tanpa ada komplain dari pengemudi lain. Para pejalan kaki menoleh sejenak mengamati Iring-iringan mobil pelayat yang disertai kedipan lampu hazard. Seakan semuanya sedang memberikan penghormatan terakhir.

Terbersit pertanyaan, berapa kali lagi kamu akan mengalami ini?

Bagaimana jika saat itu datang ketika kamu tidak lagi di sisi pelayat, namun kamu berada di dalam peti? Sudahkah kamu menggunakan waktu dan energi terbaikmu untuk melayani Dia?

Teringat firman Tuhan dalam saat teduh beberapa hari lalu :

 Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja. (Yohanes 9:4)

Memaknai bahwa kesempatan berharga yang dimiliki saat ini sangat terbatas dan berharga. Waktunya tidak lama. PekerjaanNya terbuka begitu luas, seakan tak ada habisnya. Siang menuju malam bukanlah waktu yang lama. Akan berjalan tanpa terasa. Demikian juga waktu untuk melayani Dia, tidak akan terulang.

Merindukan kelak ketika di hadapan Sang Empunya Hidup, mendengarkan pujian itu…

 Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan Tuanmu.(Matius 25:21)

Dan senandung pujian ini terlintas dan mengiringi perjalanan hingga ke tempat pemakaman. Sebuah pujian yang sangat bagus dan seharusnya terus menjadi perenungan anak-anakNya:

Ada waktunya bekerja, ada waktunya berencana
Ada waktu bersenang dan waktu bercanda
Tapi waktu itu singkat, dan keabadian itu panjang
Waktu sekarang tak ‘kan terulang

Ada waktu untuk hidup, ada waktu untuk mati
Kehidupan sekarang akan lalu dan pergi
Tapi hidup melayani Yesus itu berarti
Membuahkan harta abadi

 Di mana saja dan kapan saja
Layanilah Yesus
Yang rela mati bagi umat manusia
Di mana dan kapan saja, o layanilah Dia
Yang memberi hidup baka
Di mana dan kapan saja, o layanilah dia
Yang memberi hidup baka

(To Be Continued)


Bible Verses for someone

Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.
Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.
Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya.
(1 Petrus 5:6, 7, 10)

Kuatkan dan teguhkanlah hatimu..

Ketika kamu makin rindu untuk taat pada Tuhan, bisa jadi Dia menguji dengan mengambil makin banyak hal; cita-cita, relasi, bahkan orang menganggapmu aneh; orang tua, teman, atau siapapun…

Dari proses yang ada, aku bisa melihat bahwa Tuhan memimpinmu. Kamu sudah banyak mengambil keputusan yang luar biasa, dan memang seharusnya seperti itulah ketaatan padaNya. Aku ingin melihat dirimu yang makin hari makin taat dan makin rela memberikan apapun yang Dia minta. Tuhan sedang membentukmu untuk  Dia pakai secara luar biasa..

Proses ini semua pasti menyakitkan, pasti tidak mudah, namun ada sebuah pernyataan yang menginspirasi dari buku Passion and Purity (Elisabeth Elliot):

“Apakah kamu rela untuk menghadapi kesedihan dan rasa sakit, atau apapun yang harus Kulakukan untuk membuatmu menjadi hamba yang taat?”

kalau pertanyaan itu untukmu, aku tahu bahwa kamu akan rela.

Inilah saatnya untuk tunduk dan merendahkan diri pada tanganNya yang kuat yang sedang membentukmu. Namun sekaligus memberimu kekuatan.

Meninggalkan segala sesuatu untuk mengerjakan panggilan Tuhan, sama sekali bukan pengorbanan, namun anugerah.


Ketaatan adalah Anugerah, bukan Beban

Dalam beberapa hari ini, banyak sekali peneguhan Tuhan tentang ketaatan yang muncul dari Firman Tuhan, PA, buku yang dibaca, dan berbagai momen lain. Membuatku makin yakin dan diteguhkan bahwa ketaatan pada Tuhan, kerelaaan untuk meninggalkan apapun demi Dia, harusnya menjadi hal yang terindah dalam hidupku. Ya.. ketaatan sama sekali bukan beban, namun anugerah. Karena aku tahu bersama siapa aku berjalan.. Sekilas muncul pertanyaan, mengapa diriku terus diingatkan tentang ketaatan? apakah Tuhan sedang mempersiapkanku untuk sesuatu? kalau memang begitu, Aku rindu untuk belajar menaati kehendakNya. Kutipan-kutipan ini sangat menginspirasiku minggu ini..

Menyangkal diri artinya menyerahkan segala hak dan impian pribadi kita, menaklukan semua itu bagi tujuan Tuhan yang lebih besar (Bill Hull – Choose the Life)

Meninggalkan segala sesuatu untuk mengerjakan panggilan Tuhan, sama sekali bukan pengorbanan, namun anugerah

Saya mengerti bahwa saya harus berubah,
Berubah dari berbicara tentang Yesus menjadi membiarkan Yesus berbicara melalui saya
Dari berpikir tentang Yesus menjadi membiarkan Dia berpikir di dalam saya.
Dari berbuat untuk/dengan Yesus menjadi membiarkan Dia berbuat melalui saya (Henri Nouwen)

Menanti Tuhan bukanlah menunggu dengan diam saja. Menanti Tuhan artinya secara aktif bertekun dalam ketaatan, sambil menanti Tuhan menata alunan orkestra-Nya.. Godaan paling kuat mungkin adalah keinginan untuk menjalankan hidup kita sendiri atau mengambil tindakan sekarang juga… Sebuah alunan nada orkestra kehidupan yang akan terasa indah ketika semuanya berbunyi pada waktu yang tepat. ada yang terlebih dahulu, ada yang harus menanti sampai gilirannya untuk berbunyi. jadi kalau penantiannya terasa lama, bersabarlah hingga waktu Tuhan… (Refleksi buku Choose the Life)

Ketaatan pada Tuhan sekilas terlihat sulit, namun jauh lebih mudah dibanding ketidaktaatan, karena kita akan menjalaninya bersama DIA yang Berkuasa.

Tuhan punya cara sendiri untuk menyingkirkan segala tempat sandaran dan zona nyaman yang membuat kita tidak taat, hingga akhirnya kita sadar bahwa hanya Tuhan seharusnya tempat sandaran kita.


Aku, Bukan Siapa-Siapa – Refleksi tengah malam

Hari mendekati besok, pukul 23.53, tanggal 03 Maret 2012, dimana  seperempat abad yang lalu diriku hadir di dunia ini.
Memulai hari dengan berhenti sejenak, mengingat kembali kasih setia Sang Empunya Kehidupan sepanjang tahun ini, bahkan sepanjang beberapa tahun belakangan. dan sungguh menarik dan terkagum-kagum melihat puzzle demi puzzle yang dulu terbentuk, kadang jelas, namun kadang bertanya padaNya, kenapa harus “puzzle aneh” ini?

Namun kini mulai melihat jawaban dari pertanyaanku yang dulu, belum semua, namun melihat yang adapun sudah sangat indah.

Menjalani hari dengan menikmati kasih yang melimpah, dari orang-orang disekitarku, menikmati pagi dengan keasyikan mengutak-atik gadget baru pemberian seorang kakak, menikmati belajar Firman Tuhan dari Mazmur 8 bersama adik-adik PMK Kota yang menyadarkanku betapa terbatasnya diriku di hadapan Allah yang mahakuasa, menikmati malam minggu bersama kekasih yang menolongku menyusun puzzle-puzzle kenangan bentukan Tuhan yang sedang membentuk sebuah gambar yang entah akan jadi seperti apa, dan hampir melewatkan tengah malam untuk membalas satu persatu ungkapan kasih orang-orang melalui berbagai media yang ada. Namun yang paling membuatku bersyukur adalah menikmati hadiah terindah dari Sang Empunya Hidup, yakni adik-adik KTB yang sedang mengerjakan pemuridan dengan setia. Namun sekaligus disadarkan oleh Firman Tuhan bahwa itu bukan karena diriku. Tapi karena Dia saja.

Menyadari betapa melimpahnya kasih Sang Empunya Hidup, yang entah kenapa memilihku. Kasih yang begitu kaya dan tak tertandingi, yang menanti kesempatan untuk dibagikan ke sesamaku manusia. Kasih yang hadir bukan karena ada potensi baik dari diriku. Dan terus membuatku bertanya-tanya. Sebuah pertanyaan retorik yang tak terjawab, namun memancarkan  kekaguman, dan rasa syukur yang mendalam.

Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? (Mazmur 8:4-5)

Makin diriku mengenal Sang Empunya Kehidupan, makin kita menyadari betapa “bukan siapa-siapa”nya aku di hadapanNya..


SAYA AKAN MELAKUKANNYA, TAPI SETELAH INI..

Dalam sebuah kesempatan training menulis, kami diberikan tugas untuk menulis sebuah kolom dalam waktu 2 jam. Karena belum punya ide, saya  akhirnya memilih untuk facebookan sambil berharap, mungkin bisa mendapat inspirasi. Lantas ada teman yang bertanya, mengapa saya malah facebookan dan tidak menulis? Dan sayapun menjawab dengan sedikit becanda  “Nulis sih cukup 30 menit. Cari inspirasinya 1,5 jam”. Dan salah satu teman yang lain memberi respon “bisa-bisanya cari alasan. Lha kalau 1,5 jam ga ketemu?”. Sayapun kemudian berpikir kembali. Apa benar ketika saya memilih untuk facebookan saya sedang mencari inspirasi, atau menunda apa yang seharusnya saya kerjakan? Lanjutkan membaca


Confuse but still Believe

Lama ga nulis,  akhirnya malam ini, di antara tanggal 16 & 17 november pengen nulis..

huff.. banyak hal yang terjadi belakangan ini.. dan benar-benar bikin bingung… satu-satunya hal yang ingin kupertanyakan pada Tuhan..

Mengapa semuanya harus terjadi?

tidak tahu..

gelap

crowded

biarkan semua berlalu?

diamkan saja?

tidak usah peduli?

bicara?
Lanjutkan membaca


Ketika Tuhan Diam

hari ini sekali lagi Tuhan menunjukan bahwa Tuhan benar-benar nyata..
Dulu sekali, Tuhan sering mengabulkan doaku..
kemudian lama-lama, lebih sering Tuhan menunda untuk mengabulkan doaku.. sampai aku marah-marah dan protes dengan Tuhan, baru dikabulkan…

tapi dalam seminggu ini, Tuhan sepertinya diam.. di tengah banyak tekanan yang kuhadapi, masalah dari berbagai segi.. baru pernah merasakan Tuhan benar2 diam seolah-olah tidak peduli dan membiarkan begitu saja.. aku protes dan marah.. kalau biasanya setelah kuprotes Tuhan jawab.. tapi kali ini Tuhan diam.. sampe bete beberapa hari…

tapi..

kemarin baca sebuah buku.. Judulnya Mendapatkan-Mu dalam Kehilanganku.. karangan Yohan Candrawasa.
ketemu sebuah ungkapan yang tertulis di sebuah penjara Jerman pada perang dunia kedua

I Believe in the sun, even when it is not shining
I believe in love, even when i feel it not
i believe in God, even when he is silent

yah.. walaupun Tuhan diam, tidak menjadi alasan untukku untuk tidak mempercayai Dia.. hidupku bukan untuk aku.. planning Tuhan bukan untuk aku.. tapi ada grand design yang besar di balik semua itu.. kalau lewat kesenyapan Tuhan itu Grand Design itu terbentuk, kenapa aku harus bersungut2???

yang lebih luar biasa lagi.. hari ini, Tuhan berhenti dari kesenyapan-Nya. aku melihat Tuhan.. aku melihat pertolongan-Nya.. Tuhan tidak berhenti dari kesenyapan-Nya ketika aku meminta, ketika aku bersungut-sungut, tapi ketika akhirnya aku mau berhenti dari sungut2ku, dan kembali mengakui Dia dan belajar percaya pada-Nya, meskipun Dia diam..

apakah itu bentuk ujian Tuhan supaya aku naik kelas? aku tidak tahu.. yang pasti momen ini membuatku melihat Tuhan yang nyata…